Pantai Gandoriah dan Oseanografi

Joni Syofian
5 min readMay 7, 2021

--

Pantai Gandoriah merupakan pusat objek wisata di Kota Pariaman, Sumatera Barat. Jarak yang dekat dengan pusat kota dan akses transportasi yang mudah menjadikan pantai ini salah satu pilihan wisatawan untuk menghabiskan waktu luang. Wisatawan akan disuguhi dengan pemandangan gugusan pulau-pulau yang berada di Samudera Hindia.

Menikmati Matahari Tenggelam
Menikmati Senja di Pantai Gandoriah

Tak lengkap rasanya jikalau berbicara tentang pantai tetapi tidak membahas apa yang terjadi pada perairannya. Yuk! mari kita simak pembahasan tentang parameter dan fenomena oseanografi di Pantai Gandoriah berikut ini.

Tipe Pantai, Pasang Surut dan Pola Arus

Panorama Pantai Gandoriah

Pantai Gandorian merupakan tipe pantai yang landai dan berpasir. Tipe pantai seperti ini memiliki garis pantai yang lurus dengan sedimen pantai penyusunnya pasir yang landai. Hal tersebut menyebabkan rentan terjadi abrasi dan terkadang dijumpai gumuk pasir.

Pasang surut di Pantai Gandoriah termasuk pada tipe pasang surut campuran semidiurnal dengan nilai formzahl (F) bernilai 0,25 <F <1,5. Tipe pasang surut ini memiliki ciri-ciri dimana dalam satu harinya akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan amplitudo yang berbeda. Berikutg grafik elevasi muka air laut berdasarkan tipe pasang surut.

(A) semidiurnal, (B) Campuran Semidiurnal, dan (C) diurnal (Sumber: https://manoa.hawaii.edu/)

Pola arus yang terdapat di Pantai Gandoriah adalah arus sejajar pantai. Arus sejajar pantai merupakan arus yang terbentuk akibat gelombang pecah yang membentuk sudut dengan garis pantai. Arus tersebut merupakan salah satu faktor pembentukan morfologi pantai karena dapat memindahkan partikel sedimen yang dapat menyebaban abrasi maupun sedimentasi. Arus sejajar pantai di Pantai Gandoriah memiliki kecepatan sekitar 0- 0,02 m/s.

Longshore Current (Sumber: https://www.norwichcsd.org/)

IOD (Indian Ocean Dipole) dan MJO (Madden-Julian Oscillation)

Sebagai pantai yang terletak di barat Sumatera — timur Samudera Hindia, pantai ini tidak luput dari pengaruh fenomena atmosfer maupun oseanografi yang terjadi di Samudera Hindia seperti fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) dan MJO .

Pertama, IOD (Indian Ocean Dipole) merupakan interkasi laut-atmosfer yang menyebabkan adanya perbedaan suhu permukaan laut di Samudera Hindia bagian barat dengan Samudera Hindia bagian Timur. Peristiwa ini disebut juga dengan pembentukan dua kutub. Terdapat dua fase IOD yaitu IOD positif dan IOD negatif. IOD positif terjadi ketika suhu permukaan laut di timur Samudera Hindia lebih dingin dibandingkan di barat Samudera Hindia akibatnya, tekanan di bagian timur Samudera Hindia akan lebih rendah dan angin akan bergerak ke arah timur Samudera Hindia. Ketika peristiwa ini terjadi, maka sebagain besar daerah Indonesia akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, ketika IOD negatif maka suhu permukaan laut di timur Samudera Hindia lebih hangat dibandingkan bagian barat Samudera Hindia. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah hujan di wilayah indonesia. Hal tersebut juga akan terjadi di Pantai Gandoriah.

Fase IOD (sumber: http://kejian1.cmatc.cn/)

Pada saat IOD positif, akan terjadi peningkatan intensitas upwelling di sepanjang Pantai Sumatera dan Selatan Jawa. Dengan kata lain, pada saat IOD postif maka di Pantai Gandoriah akan terjadi peningkatan intensitas upwelling yang dapat mengakibatkan ledakan klorofil (fitoplankton-fitoplankton) lalu kekurangan oksigen. Hal tersebut terjadi karena proses respirasi oleh fitoplankton, akibatnya adalah akan terjadi kompetensi suplai oksigen antara fitoplankton dan organisme lain seperti terumbu karang.

Kedua, MJO (Madden-Julian Oscillation) adalah osilasi atmosferik yang menjalar sepanjang ekuator, dimulai dari Samudera Hindia hinga Samudera Atlantik, dengan periode 30–90 hari dan kecepatan 4–8 m/s.

Proses Pembentukan dan Propogasi MJO di Daerah Ekuator di Mulai dari Samudera Hindia sampai Samuder Pasifik (Sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov/)

MJO terbentuk karena adanya pusat tekanan rendah atmosfer yang disebebkan oleh suhu muka laut yang hangat di Samudera Hindia. Perbedaan tekanan ni menyebabkan terjadinya konvergensi massa udara di daerah tekanan rendah sehingga mengakibatkan pembentukan awan tebal. Adanya awan tebal akan menghalangi sinar matahari sehingga suhu permukaan laut akan menjadi lebih dingin dibandingkan daerah timurnya, sehingga akan terjadi peningkatan tekanan atmosfer di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan awan konvektif MJO bersama dengan pusat tekanan rendah bergerak ke arah timur akibat suhu muka air laut di sebelah timur sekarang menjadi tinggi. kejadian ini terus berulang hingga MJO menyelesaikan satu siklusnya.

Angin yang kuat berasosiasi dengan MJO menyebabkan terbentuknya gelombang kelvin. Gelombang kelvin adalah gelombang yang bergerak ke timur. MJO akan menyebabkan naiknya suhu permukaan laut dan muka air laut di Barat Sumatera. Akibatnya di Barat Sumatera akan terjadi penumpukan massa air dan terjadi Downwellingi. Dengan kata lain, perairan di Pantai Gandoriah akan mengalami kenaikan suhu permukaan laut dan kenaikan muka air laut.

Demikian beberapa informasi terkait Pantai Gandoriah dalam sudut pandang oseanografi. Sekian dan Terima kasih.

Salam Hangat,

Joni Syofian.

Referensi:

Anggraeni, S. K., Satriadi, A., & SP, A. A. D. (2016). Karakteristik Kecepatan Dan Arah Dominan Arus Sejajar Pantai (Longshore Current) Di Pantai Larangan Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Journal of Oceanography, 5(3), 390–397.

Fadholi, A. (2013). Studi dampak el nino dan indian ocean dipole (IOD) terhadap curah hujan di Pangkalpinang. Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(1), 43–50.

Iskandar, M. R. (2014). Mengenal Indian Ocean Dipole (IOD) dan Dampaknya Pada Perubahan Iklim. Oseana, 39(2), 13–21.

Lubis, S. W., & Setiawan, S. (2010). Identifikasi gelombang Kelvin atmosfer ekuatorial di Indonesia berbasis data NCEP/NCAR Reanalysis I. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia, 10(2), 71–82.

Zhou, L., & Murtugudde, R. (2010). Influences of Madden–Julian oscillations on the eastern Indian Ocean and the maritime continent. Dynamics of Atmospheres and Oceans, 50(2), 257–274.

https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/DitJaskel/publikasi-materi-2/mengenal-pesisir/guntur.pdf

https://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/MJO

--

--